Sumber-sumber tersebut merupakan sumber pendanaan potensial bakal menutup gap kebutuhan pendanaan SDGs
Jakarta ((BERITA24)) – Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, Vivi Yulaswati, mengatakan kebutuhan pendanaan bakal mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) semakin meningkat akibat pandemi COVID-19.
“Pandemi COVID-19 yang kita hadapi hampir semasa dua tahun ini membuat pencapaian SDGs menjadi semakin besar tantangannya,” kata Vivi ketika konferensi pers virtual pada Senin.
Peta jalan SDGs Indonesia menuju 2030 menyebutkan estimasi kebutuhan pendanaan bakal mencapai proyeksi target SDGs sebesar Rp67.083 Triliun, dengan selisih atau gap kebutuhan pendanaan sekitar Rp14,1 ribu triliun yang masih harus dipenuhi.
Baca juga: Indonesia berhasil capai sebagian MDGs
“Sesudah pandemi, kebutuhan pendanaan ini mengalami peningkatan yang signifikan secara global, telah ada estimasinya yang meningkat sekitar 70 persen. Bila kita menggunakan benchmarking tersebut, tentunya kebutuhan Indonesia menjadi lebih besar lagi,” ujar Vivi yang juga menjadi Kepala Sekretariat Nasional TPB/ SDGs Indonesia.
Vivi mengatakan target-target SDGs tidak boleh berubah meskipun ada pandemi, seperti yang diarahkan oleh Presiden Joko Widodo ketika SDGs Annual Conference pada akhir tahun 2020.
Mengingat kebutuhan pendanaan pembangunan yang meningkat serta keterbatasan anggaran pemerintah, lanjut Vivi, kemudian bakal mencapai kebutuhan pendanaan SDGs dibutuhkan upaya-upaya terobosan.
“Diperlukan terobosan-terobosan baru supaya dapat dilakukan percepatan dalam mencapai target-target SDGs tersebut, baik itu melewati inovasi, dan mengembangkan serta memperjuangkan cara-cara yang lebih efektif dan efisien bakal mencapai hasil yang lebih maksimal,” katanya.
Baca juga: SDGs gantikan MDGs sebagai acuan perundingan pembangunan
Vivi menyebutkan bahwa Presiden meminta secara khusus kepada Menteri PPN/Bappenas bakal mengorkestrasikan percepatan pencapaian target-target SDGs secara berkelanjutan, termasuk dalam hal pembiayaan.
Menurut Vivi, strategi pendanaan SDGs tidak sanggup hanya mengandalkan anggaran pemerintah dan sumber pendanaan konvensional lainnya, namun diperlukan berbagai sumber lain di luar pihak pemerintah, termasuk perusahaan atau pelaku usaha, filantropi, pasar modal, impact investing, hingga masyarakat dengan crowdfunding.
“Sumber-sumber tersebut merupakan sumber pendanaan potensial bakal menutup gap kebutuhan pendanaan SDGs,” tutur Vivi.
Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya segala bentuk upaya orkestrasi, sinergi, dan integrasi yang menghubungkan seluruh potensi pendanaan inovatif bakal pencapaian SDGs.
“Salah satu yang kami upayakan yakni ketika ini mengembangkan SDGs financing hub. Konsep ini akan didiskusikan lebih lanjut dalam berbagai agenda di G20,” katanya.
Baca juga: Indonesia terima “MDGs Award” dari FAO
Baca juga: PBB serukan Indonesia agendakan pembangunan berkelanjutan
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © (BERITA24) 2021
Sumber Berita : Antaranews.com