dr. Erlina mengatakan bahwa penyakit yang ditimbulkan oleh Omicron memang lebih ringan daripada Delta. Namun hal ini perlu diwaspadai, sebab gejala ringan terjadi pada kelompok mereka yang sehat dan muda.
Buat kelompok tertentu, seperti orang lanjut usia, anak-anak balita yang belum divaksin, orang dengan kormobid atau penyakit bawaan yang kronis dan tidak terkendali, akan mengalami gejala berat sehingga perlu dirawat di rumah sakit.
Baca juga: Satgas: 58 persen kasus Omicron terdeteksi tanpa gejala
Dengan sistem imun yang turun, orang-orang dengan kelompok tersebut dapat mudah tertular, apalagi bila lansia dengan komorbid belum divaksinasi.
“Jangan terlalu meremehkan, karena ada kelompok-kelompok yang rentan yang harus kita lindungi,” ujar dr. Erlina dalam webinar pada Kamis.
Kala ini kasus COVID-19 semakin meningkat, pertambahan kasus harian per tanggal 30 Januari 2022 mencapai 12.442 orang. Okupansi tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) juga meningkat.
Sementara itu, masyarakat semakin banyak yang beraktivitas di luar buat bekerja, pendidikan tatap muka, bertemu keluarga, rekreasi, dan lain-lain.
Protokol kesehatan juga mulai terlihat kendur. Penggunaan masker di tempat umum terlihat tidak sebaik sebelumnya.
Meningkatnya kasus COVID-19, disebabkan oleh hantaman Omicron yang diketahui sungguh mudah menular dibandingkan dengan Delta. Bahkan, kematian akibat Omicron juga telah dilaporkan.
dr. Erlina mengatakan bila Omicron naiknya tinggi kemudian akan terjadi lonjakan seperti pada Juli-Agustus 2021 sehingga kayanya sistem kesehatan juga akan kewalahan. Sebab semakin banyak kasus, kemudian makin banyak juga orang yang perlu dirawat baik secara isolasi mandiri di rumah, maupun di berbagai rumah sakit
“Virus ini tertular karena ada interaksi antar manusia. Jadi, kalau tidak penting-penting banget, janganlah bepergian. Saya juga sarankan jangan makan bersama di kantor, melainkan makan sendiri-sendiri di ruangannya masing-masing. Karena pada masa makan, kita buka masker dan kayanya penularan tinggi,” kata dr. Erlina.
dr. Erlina juga menyadari bahwa masyarakat telah banyak yang terlena dan abai dengan protokol kesehatan karena menganggap Omicron tidak berbahaya.
“Kita terlena bahwa kasus Omicron tanpa gejala dan ringan, jadi masyarakat enggak perlu panik. Saya setuju ini, tetapi waspada itu tetap harus,” ujarnya.
Buat menekan angka kenaikan kasus, dr. Erlina menyarankan supaya masyarakat kembali meningkatkan protokol kesehatan. Selain itu, perlu dilakukan berbagai upaya buat meningkatkan daya tahan tubuh, seperti makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup.
Konsumsi suplemen imunomodulator dan vitamin juga dapat dipertimbangkan buat membantu meningkatkan imunitas.
Baca juga: Pusing jadi gejala Omicron tak terduga yang mudah diabaikan
Baca juga: Kasus Omicron gejala ringan tak dapat sembuh dengan obat warung
Baca juga: Dokter paru: Batuk dan gatal tenggorokan gejala umum Omicron
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © (BERITA24) 2022
Sumber Berita : Antaranews.com