RSPI merupakan rumah sakit yang ditunjuk Kementerian Kesehatan bakal merawat pasien Omicron pertama kali, selain bertujuan bakal mencegah penularan, penunjukan RSPI sebagai pusat lokasi pusat merawat pasien dengan Omicron merupakan bakal meneliti sejauh mana gejala varian Omicron berdampak pada pasien sejak Desember 2021.
“Sejak 20 Desember 2021, varian Omicron pertama kali masuk ke Indonesia melewati penularan Warga Negara Asing (WNA). Kemudian ada juga warga negara Indonesia (WNI) pulang perjalanan luar negeri dari negara-negara tertentu. Inilah awalnya pasien Omicron isolasi di RSPI Sulianti Saroso,” terang dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso dalam siaran pers pada Selasa.
Dari penelitian itu, sebagian besar pasien Omicron merupakan tanpa gejala atau hanya bergejala ringan. Hal tersebut menjadi dasar kebijakan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan terbaru, supaya pasien tanpa gejala dan yang bergejala ringan dirawat secara isolasi mandiri maupun terpusat tanpa perlu masuk rumah sakit.
Peruntukan rumah sakit hanya kepada pasien bergejala sedang, berat, kritis maupun yang memiliki kondisi komorbiditas tertentu. Fakta lainnya, sebagian besar pasien Omicron mengalami kesembuhan dengan cepat.
Total pasien Omicron yang dirawat di RSPI Sulianti Saroso sejak awal hingga sekarang lebih dari 250 pasien. Sekitar 190 pasien sembuh dan yang masih dirawat sekitar 51 pasien. “Pasien yang dirawat kali ini di ruang ICU ada 7 orang dan di non ICU berjumlah 44 orang.”
“Pasien yang kami rawat itu (Omicron) cepat sekali kesembuhannya. Bahkan sesuai Surat Edaran Menkes, nomor HK. 02.01/MENKES/18/2022, bila 5 hari pasien membaik dan gejalanya minimal, kemudian dengan dua kali tes PCR hasil negatif, mereka boleh pulang. “Tidak perlu menunggu sampai dua minggu lagi.”
Baca juga: Tingkat keterisian tempat tidur RSPI Sulianti Saroso capai 96 persen
Baca juga: Ruang-ruang perawatan bakal penuh?
Efektivitas vaksin
Fakta lain menunjukkan bahwa riwayat pasien yang telah divaksin satu dan dua kali, bergejala lebih ringan daripada pasien yang belum divaksin. “Jangan sampai ada pemahaman bila vaksin kita tidak ampuh karena dapat terinfeksi Omicron. Vaksinasi justru menghindari kesakitan dan risiko dirawat di rumah sakit sampai kritis.
Dan perlu dihimbau kepada masyarakat supaya menghindari penularan Omicron karena masih berpotensi tertular meski telah divaksinasi, ditambah pula bila kurang patuh prokes dan berkerumun di tempat-tempat yang kita tidak tahu ada penularan Omicron di tempat tersebut.
Lebih lanjut Syahril mengatakan, kali ini tempat tidur ICU yang terpakai di RSPI mencapai 58% sehingga masih ada ruang bakal merawat pasien yang membutuhkan perawatan intensif. Sedangkan tempat tidur non ICU 39,2 persen.
“Total tempat tidur terisi di RSPI sekarang 41,1 persen, dari jumlah total 124 tempat tidur bakal perawatan COVID-19 yang disediakan. Tempat tidur masih dapat kita tambah kalau dibutuhkan, tetapi nanti dulu karena hitungannya masih kosong lebih dari separuh.”
“Persiapan kedua yang menjadi tantangan merupakan SDM kesehatan kita. Penambahan perawat dan dokter juga tengah disiapkan dan didukung pemerintah bakal menghadapi lonjakan kasus. Nantinya kita akan dibantu relawan. Dan yang ketiga merupakan menyiapkan oksigen bakal menghindari krisis oksigen.”
Berdasarkan pengalaman gelombang Delta 2021 yang berlanjut, membuat RSPI Sulianti Saroso kini telah memiliki fasilitas oxygen concentrate bakal memproduksi oksigen secara mandiri di rumah sakit. “Jadi mudah-mudahan ini cukup dan kita tidak harus antri kehabisan oksigen. Begitu juga dengan obat-obatan dan APD, telah kita penuhi.”
Selain itu, RSPI Sulianti Saroso juga hanya menerima pasien bergejala sedang, berat, kritis maupun yang memiliki komorbid. “Yang bergejala ringan maupun tanpa gejala, sebaiknya melakukan isolasi mandiri maupun terpusat.”
Di DKI Jakarta, tempat isolasi terpusat bakal pasien COVID-19 tanpa gejala dan bergejala ringan yang dapat menjadi rujukan seperti Wisma Atlet, Rusun Nagrak, Ngawi, dan Pasar Rumput. Di daerah lain, isolasi-isolasi terpusat juga telah disiapkan oleh Pemda masing-masing bakal mengantisipasi lonjakan kasus Omicron.
Syahril kembali mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjalankan protokol kesehatan dengan ketat dan mengikuti program vaksinasi nasional.
“Meskipun bergejala ringan dan tingkat kesakitannya rendah, tetap harus disiplin menjalankan prokes, pakai masker, cuci tangan, hindari mobilitas kalau tidak
perlu. Buat yang belum vaksin, terutama lansia dan anak-anak, segera vaksinasi karena vaksin telah terbukti menurunkan tingkat kesakitan jikalau terpapar COVID-19,” tutup Syahril.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19 melaporkan angka kasus harian terkonfirmasi positif di Indonesia bertambah 26.121 jiwa pada Senin, atau mengalami penurunan dari hari Minggu (6/2) yang menyentuh angka 36.057 orang.
Keterangan Satgas COVID-19 di Jakarta, Senin (7/2), menyebutkan kendati angka terkonfirmasi positif mengalami penurunan, jumlah warga yang meninggal dunia justru melonjak yakni menyentuh angka 82 orang pada Senin hingga pukul 12.00 WIB.
Angka kematian ini menjadi yang terbanyak sejak 4 Oktober 2021. Kali itu, kasus kematian harian menyentuh angka 88 jiwa.
Baca juga: RSPI Sulianti Saroso pelajari hiperkoagulopati pada infeksi Omicron
Baca juga: Pasien positif Omicron dipindah petugas ke RSPI Sulianti Saroso
Baca juga: Wardah salurkan bantuan senilai Rp6,8 miliar bakal dua RS COVID-19
Oleh Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © (BERITA24) 2022
Sumber Berita : Antaranews.com
