“Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia menganjurkan pemeriksaan tidak hanya dalam satu kali kunjungan. Jangan bapak ibu datang langsung dibilang hipertensi, tidak boleh. Harusnya diperiksa beberapa kali kunjungan baru bilang iya hipertensi (kalau tekanan darah memang tinggi),” kata dia dalam konferensi pers virtual bertema “Apakah tatalaksana hipertensi di masa COVID-19 ada perbedaan?”, Jumat.
Menurut Erwinanto, pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan berkali-kali membantu mencegah orang dengan sebutan hipertensi jas putih dimasukkan dalam kelompok hipertensi.
Hipertensi jas putih ini yakni mereka yang terukur hipertensi kala pemeriksaan dilakukan di klinik atau rumah sakit tetapi kala pemeriksaan di rumah hasilnya menunjukkan normal.
“Rata-rata di Indonesia, mendiagnosis hipertensi dengan pemeriksaan sekali di klinik,” kata dia.
Dalam hal ini, pemeriksaan di luar klinik atau di rumah mampu menjadi alternatif, memanfaatkan Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM). Strategi pengukuran menggunakan ABPM buat konfirmasi diagnosis hipertensi dianjurkan bila alat tersedia. Alat ini mulai banyak digunakan di Indonesia dan dapat menggambarkan dinamika pola tekanan darah pagi dan malam hari.
“Kita hendak mengetahui apakah pasien tertentu itu ternyata telah hipertensi di rumah atau saat memakai ambulatory blood pressure monitoring,” ujar Erwinanto.
Pemeriksaan tekanan darah mampu dimulai sejak usia 18 tahun. Nantinya dokter akan memutuskan kapan sebaiknya seseorang melakukan pengukuran berikutnya. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi kala tekanan darahnya 140/90 mm Hg atau lebih sehabis pengukuran berkali-kali.
“Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya kita punya patokan misalnya kalau pasien sekali diperiksa 120/80 mmHg periksa lagi setahun lagi. kalau 130/85 mmHg lalu diperiksa 6 bulan lagi. Periksalah sekali dulu,” saran Erwinanto.
Anggota Pokja Panduan Konsensus Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr. Siska Suridanda Dany, Sp.JP, FIHA, menambahkan, gambaran kondisi tekanan darah seseorang tidak mampu hanya melewati pengukuran tekanan darah satu kali di klinik.
Dia tak menampik pemeriksaan tekanan darah terkadang mampu memicu respon kewaspadaan pasien, sehingga membuatnya cemas ada sesuatu yang salah dan meningkatkan hasil pengukuran tekanan darahnya.
“Padahal kalau diperiksa di rumah tidak dalam keadaan was-was mampu jadi tekanan darahnya normal. Karena itu tekanan darah tidak pernah mampu diperiksa satu kali untk mendapatkan gambaran tekanan darah seseorang bagaimana,” demikian tutur dia.
Baca juga: FKM UI rancang aplikasi buat penderita hipertensi
Baca juga: Pahami risiko hipertensi, cegah dan kurangi risikonya
Baca juga: Saran dokter bila hendak cek tekanan darah kala pagi
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © (BERITA24) 2022
Sumber Berita : Antaranews.com