“Ada beberapa kasus laporan pada dokter anak yang menerima kasus Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) dapat menyebabkan gagal jantung dan diabetes melitus, juga dapat merusak organ-organ lain,” kata Piprim dalam sebuah webinar, dikutip dari siaran pers pada Rabu.
Piprim mengatakan, anak berpotensi mengalami MIS-C beberapa waktu seusai terpapar COVID-19.
“Jadi, hati-hati terhadap potensi long COVID-19 atau MIS-C yang dapat menimpa bahkan kala swabnya telah negatif,” ujar Piprim.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dr. Fify Mulyani, MARS, mengatakan, gejala yang umum dialami oleh bayi kali terjangkit COVID-19 varian Omicron meliputi kesulitan bernapas atau batuk yang terus menerus disertai napas yang pendek, adanya penurunan intensitas buang air kecil, menolak disusui, dan demam tinggi.
“Sementara pada anak yang usianya lebih besar atau pada balita, gejala infeksi COVID-19 varian Omicron yang paling sering dilaporkan yakni pilek, sakit kepala, demam, dan yang paling umum yakni sakit tenggorokan,” imbuh Fify.
Sebagai upaya pencegahan COVID-19 pada anak, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Erna Mulati mengatakan, hal tersebut dapat dilakukan via vaksinasi.
Ketika ini, tercatat bahwa jumlah vaksinasi yang dilakukan pada anak usia 6-11 tahun mencapai 65,6 persen buat dosis pertama dan 25,85 persen buat dosis kedua. Sedangkan buat usia 12-17 tahun, tercatat 91,73 persen buat dosis pertama dan 72,7 persen buat dosis kedua.
“Berdasarkan data orang yang terinfeksi COVID-19 pada 21 Januari hingga 6 Februari 2022, sekitar 69 persen belum melakukan vaksinasi. Buat itu, perlu adanya strategi percepatan vaksinasi yang terdiri dari kerja sama dari berbagai pihak yang mempunyai komitmen tinggi dalam upaya meningkatkan cakupan vaksinasi,” ujar Erna.
Diketahui bahwa berdasarkan survei IDAI, kali ini tengah terjadi peningkatan kasus infeksi COVID-19 varian Omicron pada anak, terutama di wilayah luar Pulau Jawa. Pada awal Januari, tercatat 70 kasus dan terus meningkat hingga 350 kali lipat pada 14 Februari 2022. Angka tersebut sudah melampaui puncak gelombang kedua COVID-19 pada Juli 2021.
Baca juga: KPPPA: Pandemi COVID-19 sulitkan penyandang autis ke akses pendidikan
Baca juga: Pemerintah dorong vaksinasi anak lebih diintensifkan
Baca juga: IDAI paparkan kriteria pasien COVID-19 anak yang boleh isolasi mandiri
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © (BERITA24) 2022
Sumber Berita : Antaranews.com