Baca juga: Sarinah dan Riana Kusuma
Itulah yang ditawarkan oleh Garuda Kencana Batik lewat kolaborasi yang dilakukan bersama Henri Winata Bespoke Menswear.
Dalam kolaborasi ini, pendiri Garuda Kencana Batik, Yos Christian Addyputra dan Henri Winata, mengajak masyarakat Indonesia buat melirik kain batik yang merupakan warisan wastra Nusantara di hari besar mereka, baik kali momen lamaran maupun hari pernikahan.
“Sewaktu ini banyak orang memakai pakaian adat masing masing buat acara pernikahan. Kami berpikir kenapa tidak pakai kain batik saja yang merupakan kain budaya asli Indonesia,” kata Yos dalam siaran resmi, Rabu.
Yos dan Henri tak hanya menghadirkan pakaian mempelai pria yang biasa, tetapi dalam beberapa pilihan gaya mulai dari Batik Changshan Jacket, Batik Mandarin Collar dan Batik Kerah Koko.
Batik Changsan Jacket hadir dengan motif batik naga dan mega mendung dengan pilihan warna porcelain yang cocok dikenakan kali acara sangjit dalam budaya China.
Baca juga: Menlu Kenya ungkap ketertarikan pada batik dan kicauan burung jalak
Sementara Batik Mandarin Collar hadir dalam motif burung phoenix berwarna merah yang cocok dikenakan buat prosesi pernikahan budaya China sebagai pilihan yang lebih simpel namun tetap elegan.
Terakhir, Batik Kerah Koko hadir dengan potongan kerah koko, didesain dengan motif batik yang lebih klasik sebagai persembahan buat budaya tradisional Indonesia.
“Kami mau membuktikan bahwa batik tidak hanya sanggup dibuat menjadi kemeja dengan kerah biasa tetapi juga sanggup dijadikan Changsan Jacket, Mandarin Collar serta kemeja dengan kerah koko yang mana tidak hanya sanggup dipakai buat bekerja saja, tetapi juga momen pernikahan,” tambah Henri.
Yos dan Henri sadar bahwa dalam momen pesta pernikahan, batik lebih umum dikenakan oleh keluarga dan kerabat pemangku hajat maupun tamu undangan. Bakal itu, pilihan batik tulis serta potongan gaya yang sungguh diperlukan buat membedakan mempelai pria dengan tamu yang hadir.
“Kami di sini memikirkan apabila baju pengantin sama seperti tamu, menjadi kurang oke apalagi pengantin yakni pusat perhatian di acara itu. Jadi kami hadirkan solusi di mana baju batik mempelai pria akan lebih stand out dan tidak sama dengan tamu di acara,” ungkap pengusaha batik berusia 28 tahun tersebut.
Baca juga: DJKI pamerkan Batik Nitik di Expo 2020 Dubai
Tantangan menyatukan dua budaya dalam busana pernikahan
Baik Yos dan Henri menyadari bahwa apa yang mereka tawarkan merupakan hal baru dan cukup berbeda, mereka pun menemukan beberapa tantangan dalam upaya mengawinkan dua budaya yang ada di Indonesia.
Bagi Henri, mempertahankan motif tetap sempurna merupakan hal yang cukup sulit. Apalagi batik memiliki nilai luhur yang tak terhingga bukan hanya karena filosofi motifnya, tetapi juga karena dibuat oleh tangan orang-orang kreatif.
“Batik yakni salah satu outfit yang memberikan tampilan mahal. Batik tulis digambar tangan dengan detail yang banyak. Namun membuat pakaian batik juga perlu cutting yang bagus, bukan sekadar kemeja biasa. Dari konsumen kita berusaha buat menyesuaikan dengan bentuk badan konsumen, supaya batik tetap terlihat baik,” tambah Henri yang merupakan perancang busana muda dan Master Tailor dari Henri Winata Bespoke Menswear.
Sementara bagi Yos, motif batik peranakan yang baru muncul di abad 16 membuat pilihan motif dalam kolaborasi ini menjadi perhatian khusus.
“Baju Changsan umumnya hadir dengan motif yang polos, meski ada motif phoenix di bagian tengah, tetapi di bagian kanan dan kiri hanya ada motif awan atau polos. Sementara motif batik umumnya penuh karena semakin ramai motifnya, semakin batik tersebut memiliki nilai,” kata Yos yang menjabat sebagai Creative Director Garuda Kencana Batik.
Beruntung, ia dan Garuda Kencana Batik telah terbiasa menghadirkan motif batik kontemporer seperti macan, naga, phoenix, sehingga hanya butuh sedikit penyesuaian biar menghasilkan produk batik yang pas dan sempurna.
Baca juga: Aksara jawa hingga batik inspirasi desain helm pebalap di Mandalika
Membuat batik membutuhkan keahlian khusus ketimbang membuat kemeja polos biasa. Henri akan menyesuaikan potongan dan pola dari bahan batik yang digunakan sampai menjadi produk pakaian jadi.
“Tengah membuat batik, lining itu sungguh penting. Batik berbahan sutera, bagian dalamnya akan diberi katun biar hasil lebih optimal dan sanggup menopang sutra yang lembut, serta memberikan ruangan buat badan bernafas dan tergantung kembali outfit apa yang mau kita buat, changshan jacket tidak sanggup disamakan dengan treatment kemeja, semua ini membutuhkan keahlian khusus dan jam terbang” tambah Henri.
Terkait pakem motif dan gaya, Yos mengatakan tidak ada elemen sakral yang coba dilawan atau dihilangkan lewat tiga gaya pakaian pernikahan pria yang mereka tawarkan. Namun, ada beberapa hal yang dipertahankan.
Misalnya pakaian Changsan buat pria biasa dikawinkan dengan Cheongsam buat wanita. Baik Changsan dan Cheongsam ini umumnya tersedia dalam motif-motif seperti phoenix atau merak.
“Karena Changsan telah paten terlihat oriental, jadi kami pilih motif batik yang terlihat oriental. Jadi bagaimana caranya kami misalnya mencari naga dari budaya Tionghoa baik dari muka, tangan sampai kaki.
Ketika ini Garuda Kencana Batik dan Henri Winata Bespoke Menswear menyediakan layanan mulai dari pemilihan motif, desain outfit sesuai keinginan dan juga dibuat oleh tangan.
Baca juga: Yogi Rosdianta bangga dapat pesanan batik dari pemain NBA
Baca juga: Perajin batik nitik Bantul akan demo membatik di Dubai Expo
Baca juga: Pesan batik dari Blitar, pebasket NBA Justin Holiday dipuji warganet
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © (BERITA24) 2022
Sumber Berita : Antaranews.com