Partnership Director 2C2P Indonesia Mira Tania menjelaskan, di awal pandemi 2020, konsumen Indonesia dipaksa oleh keadaan buat mengadopsi pembayaran digital, dan di tahun 2021, telah terbiasa dengan hal tersebut.
Baca juga: Sandiaga: Tren pariwisata bergeser ke arah digital
“Di tahun ketiga ini, digital payment telah jadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari,” kata Mira, dikutip dari keterangan pers pada Rabu.
Lebih lanjut, ia mengatakan hal ini menyusul kebijakan pemerintah yang memperbolehkan masyarakat melakukan mudik di masa pandemi COVID-19, sehabis dua tahun sebelumnya tidak diperbolehkan.
Berdasarkan survei Balitbang Kementerian Perhubungan pada Maret 2022, sebanyak 74,9 juta orang berencana buat melakukan mudik Idul Fitri di tahun ini, naik hampir 170 persen dibandingkan dengan prediksi mobilitas lebaran di tahun 2021.
Sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap perkiraan tersebut yakni pertama, tingkat vaksinasi penduduk yang telah mencapai lebih dari 75 persen per 23 Maret 2022.
Selanjutnya, adanya pelonggaran pembatasan mobilitas oleh pemerintah; masyarakat Indonesia yang kian terbiasa menjalankan protokol kesehatan dalam interaksi sosialnya; serta pengumuman Cuti Bersama Lebaran sepanjang 29 April dan 4-6 Mei 2022.
“Dengan tren kenaikan mobilitas serta upaya pemerintah dalam pemulihan industri pariwisata, kami melihat bahwa transaksi di kategori online travel seperti pembelian tiket penerbangan dan penyewaan kamar hotel akan meningkat pesat, bahkan lebih tinggi dari tahun berlanjut, bahkan dapat jadi melampaui angka transaksi pada 2019 sebelum pandemi COVID-19 melanda,” kata Mira.
Di sisi lain, Mira menekankan bahwa perkembangan kebiasaan masyarakat bertransaksi secara daring ini bukan hanya jadi peluang, namun juga menantang kesiapan dari sisi pelaku bisnis di level berbeda.
“Apalagi saat kini masyarakat telah memahami digital payment, pelaku bisnis harus dapat memenuhi tuntutan masyarakat akan layanan yang lebih cepat, lebih nyaman, dan lebih baik,” katanya.
Dari pengalaman 2C2P yang memiliki lebih dari 20 mitra bisnis yang berkecimpung di industri perhotelan dan maskapai penerbangan di skala regional, tahun 2022 ini menjadi momen berbeda dibanding dua tahun pandemi sebelumnya.
Sinyal positif pemulihan ekonomi, meningkatnya keinginan bepergian masyarakat, serta adopsi metode pembayaran digital yang meluas pesat membuka kesempatan bagi industri travel buat bangkit kembali.
“Buat mengoptimalkan peluang yang ada, banyak faktor-faktor baru yang harus dipertimbangkan. Misal, kita lihat kini tren pemanfaatan cicilan Buy Now Pay Later yang begitu naik daun buat transaksi perjalanan. Hal-hal seperti ini yang perlu disiapkan pelaku bisnis sehingga dapat lebih percaya diri melayani konsumen dengan maksimal,” kata Mira.
Sebagai gambaran, dalam laporan InfoBrief IDC hasil kolaborasi dengan 2C2P yang bertajuk “How South Asia Buys and Pays” sebelumnya mencatatkan popularitas Buy Now Pay Later yang kian meningkat penetrasinya di industri e-commerce, ride hailing dan juga bisnis perjalanan.
Di Indonesia, per 2020 ada sekitar 7,8 juta pengguna layanan Buy Now Pay Later, yang ketika itu baru dua tahunan masuk ke pasar Indonesia.
Baca juga: Sektor pariwisata Tanah Air di Q2 2022 diprediksi semakin gemilang
Baca juga: Studi: Wisatawan Indonesia kini utamakan fleksibilitas dan kenyamanan
Baca juga: Kemah Jokowi di IKN dapat picu tren wisata baru
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © (BERITA24) 2022
Sumber Berita : Antaranews.com