“Karena saya pengalaman di produk atau jenama, pertama ialah narasi. Narasinya harus lebih kuat, story telling-nya harus kuat. Story telling ini sebenarnya berhubungan dengan purpose atau tujuan kita bikin (produk) itu apa. Nah, itu menjadi hal yang sungguh penting,” kata Handoko di Jakarta, ditulis Minggu.
Baca juga: Tehbotol Sosro umumkan pemenang kreasi kolaborasi kuliner
Senada, Chef Dade Akbar berpendapat bahwa dalam dunia kuliner elemen rasa juga perlu diperhatikan namun rasa enak bukan satu-satunya aspek kesuksesan dalam berbisnis. Menurutnya, para pelaku usaha yang tengah membangun bisnis kuliner harus lebih menyadari kekuatan cerita yang dimiliki pada produknya.
“Banyak banget elemen-elemen lain di luar rasa yang memang harus diinovasi, punya terobosan. Salah satunya sepertinya mengenai narasi brand itu, punya cerita apa,” tutur Dade.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya para pelaku usaha buat memanfaatkan sumber pengetahuan kelokalan yang mereka miliki buat mengolah cerita. Setidaknya terdapat dua kunci dalam konteks kuliner nusantara, yakni mengetahui kekuatan kuliner lokal dan mengetahui bagaimana mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih menarik lagi.
“Pengetahuan itu memang hanya kita yang tahu karena kita orang lokal kita tahu kekuatan kita apa dan kita olah dengan pengetahuan kita,” ujarnya.
Baca juga: Cafe Batavia hadir di Brussels, sajikan kuliner khas Indonesia
Handoko menilai sejauh ini perkembangan bisnis kuliner sudah banyak yang mempunyai inisiatif-inisiatif bagus, tidak hanya di kota-kota besar di Indonesia, melainkan juga di kota-kota kecil yang sepertinya jarang terekspos.
“Saya sendiri juga berbisnis kopi, jadi sedikit banyak tahu seperti di Madiun atau di Klaten, dan kota-kota lain, itu bertumbuhan F&B lokal yang inovatif-inovatif. Tidak sekadar nilai inovasinya kecil, bukan hanya sekadar bikin (produk), namun ada unsur inovasinya dan ada unsur narasinya,” cerita Handoko.
Selain itu, Handoko juga menekankan pentingnya mengedepankan ketelusuran (traceability) sumber-sumber bahan baku sehingga narasi produk kuliner menjadi lebih kuat.
“Jadi sumber-sumbernya juga diceritakan. Misalnya, madunya dari pohon yang tingginya lima meter, atau justru di bawah tanah. Kelapanya dari kelapa terbaik di Indonesia, dan lain sebagainya,” terangnya.
Sementara perihal inovasi produk, terutama selagi seseorang hendak mengombinasikan bahan-bahan berbeda buat menjadi produk baru yang tidak pernah terpikirkan orang-orang sebelumnya, Dade mengatakan penting buat pelaku usaha menggali referensi dan eksplorasi.
Baca juga: Puan rekomendasikan kuliner Nusantara favoritnya
“Kuncinya ialah mencari inovasi dari eksplorasi. Katakanlah misalkan pakai produk Tehbtol Sosro, ini dapat beyond apa, nih, kalau dia kita bikin pakai bahan a, bahan b, bahan c, dan lain-lainnya,” ujarnya.
Menurutnya, selagi seseorang sudah menganggap bahwa mengombinasikan bahan-bahan yang biasanya tidak lazim, kemudian ia dapat dengan mudah buat mengeksplorasi menu. Hal tersebut, lanjut Dade, tentu lewat proses penelitian dan pengembangan (RnD) terlebih dahulu.
Begitu pula dengan cara penyajian menu, eksplorasi menjadi kunci biar produk baru yang sudah diciptakan tampil unik dan berbeda dengan produk lain pada umumnya.
“Jangan mau biasa-biasa saja. Pilihan aman itu bukan pilihan. Terlepas dari semua keterbatasan, bermain liar saja dulu. Kemudian baru lihat kenyataan. Jangan lihat kenyataan dulu, itu akan susah buat bermain liar. Kasarnya begitu,” kata Dade.
Baca juga: Pasar Slipi lakukan revitalisasi buat bangun sentra kuliner
Baca juga: Menparekraf dan pelaku usaha bahas potensi kuliner nusantara
Baca juga: Gurihnya sate jando Gasibu Bandung
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © (BERITA24) 2022
Sumber Berita : Antaranews.com