Sebagai pengembang perangkat lunak, lean product development biar dapat merancang produk dengan baik, developer perlu memahami tahapan-tahapan atau life cycle dari sebuah produk. Hal ini sungguhlah penting demi melakukan pengembangan yang optimal.
Penerapan siklus pengembangan produk pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an, di mana para ahli kala itu membutuhkan sebuah cara buat mengelola proses dalam sistem bisnis berskala besar. Kali itu, sumber daya manusia yang tersedia masih tergolong sedikit dan penggunanya masih belum banyak.
Seiring dengan perkembangan zaman, di mana kini bisnis sudah berskala lebih besar dan berkembang menjadi lebih kompleks, pendekatan tradisional terhadap pengembangan sistem sudah disesuaikan buat menjawab kebutuhan pasar. Berbagai model pengembangan data sudah dikembangkan, dan salah satu contohnya ialah Lean Product Development.
Sebelum membahas lebih jauh, kita akan melihat beberapa contoh model pengembangan tradisional yang bahkan hingga kini masih banyak digunakan, yakni Waterfall dan Spiral.
Daftar Isi
- 1 Mengenal model tradisional Waterfall dan Spiral
- 2 Lean Product Development sebagai alternatif
- 3 Prinsip penerapan Lean Product Development
- 3.1 Prinsip Pertama: tentukan dan maksimalkan nilai kepada konsumen
- 3.2 Prinsip Kedua: identifikasi alur nilai dan kurangi hal-hal yang tidak diperlukan
- 3.3 Prinsip Ketiga: buat langkah-langkah buat menciptakan nilai biar mengalir
- 3.4 Prinsip Keempat: berdayakan tim yang ada
- 3.5 Prinsip Kelima: belajar dan berimprovisasi
Mengenal model tradisional Waterfall dan Spiral
System Development Life Cycle (SDLC) sudah digunakan oleh bisnis semasih bertahun-tahun buat mengelola pengembangan sistem. Dua yang paling populer digunakan ialah model Waterfall dan Spiral.
Waterfall relatif mudah buat dipahami dan dikelola. Model pengembangan ini juga terbilang ideal sekiranya kamu sudah mengetahui berbagai teknologi pendukung dan biaya yang dibutuhkan buat pengembangan.
Sementara Spiral memiliki siklus yang sirkuler, artinya setiap iterasi dapat kembali disempurnakan sekiranya dibutuhkan perubahan. Selain itu, model Spiral juga memiliki risiko yang lebih kecil dalam pengembangan sekiranya sebuah versi produk belum sempurna.
Walau kedua metode tersebut sudah digunakan oleh bisnis semasih bertahun-tahun, seiring perkembangan zaman, keduanya menjadi kurang sesuai bagi bisnis modern.
Buat melengkapi berbagai kekurangan yang dimiliki oleh model-model sebelumnya, dikembangkan sebuah model pengembangan produk bernama Lean.
Contohnya seperti Waterfall yang hanya bekerja pada satu iterasi tanpa adanya pengembangan lebih lanjut. Atau Spiral, yang walaupun memiliki beberapa iterasi buat pengembangan produknya, akan memakan waktu cukup lama di dalam sebuah fase buat melakukan pengembangan.
Buat melengkapi berbagai kekurangan yang dimiliki oleh model-model sebelumnya, dikembangkan sebuah model pengembangan produk lain yang bernama Lean. Seperti apakah model pengembangan ini?
Lean Product Development sebagai alternatif
Lean Product Development (LPD) ialah metode pengembangan produk dengan fokus pada low-cost dan efisiensi. Sebagaimana konsep Lean Startup yang dipopulerkan Eric Reis, metode ini membuang hal-hal tak perlu biar proses berjalan cepat dan sesuai kebutuhan konsumen.
Cara kerja LPD mirip dengan metode Spiral yang sirkuler, namun lebih singkat karena hanya terdiri dari tiga tahap:
- Learn,
- Build, dan
- Measure.
Mirip paradigma startup adalah “learn fast and fail fast“, kita didorong biar meluncurkan produk secepat boleh jadi. Kemudian menggunakan data yang dihasilkan buat membuat perubahan dengan cepat juga.
Salah satu contoh perusahaan yang menerapkan LPD ialah Toyota. Saat mereka mulai mengembangkan produk otomotifnya, Toyota memiliki perbedaan konteks dari cara mereka bekerja di Jepang dengan kompetitor mereka di Amerika Serikat.
Toyota hanya memiliki beberapa engineer yang minim pengalaman. Buat menanggulangi kekurangan pengetahuan dan pengalaman ini, Toyota mengambil sebuah pendekatan inkremental buat mengembangkan produk—yang hingga kali ini masih mereka gunakan.
Prinsip penerapan Lean Product Development
Cara berpikir Lean pada dasarnya ialah buat mengurangi berbagai hal—sumber daya, proses kerja, waktu, biaya—buat memproduksi sesuatu, baik produk fisik ataupun yang berbentuk jasa. Lima prinsip berpikir Lean antara lain:
- Tentukan dan maksimalkan nilai kepada konsumen.
- Identifikasi alur nilai dan kurangi hal-hal yang tidak diperlukan.
- Buat langkah-langkah buat menciptakan nilai biar mengalir.
- Berdayakan tim yang ada.
- Belajar dan berimprovisasi.
Masing-masing prinsip berpikir Lean ini dapat diterapkan buat pengembangan produk. Walaupun LPD memang menggunakan prinsip berpikir Lean, LPD lebih berfokus pada pengembangan produk baru yang diinginkan pengguna, bukan meningkatkan kualitas proses dari produk yang sudah ada.
Karena Lean Product Development memiliki fokus kepada inovasi dan pembuatan produk baru, ada beberapa perbedaan dengan prinsip intinya. Di bawah ini ialah beberapa prinsip kunci yang sudah dipecah-pecah menjadi beberapa poin.
Prinsip Pertama: tentukan dan maksimalkan nilai kepada konsumen
Supaya produk dapat diterima dan bekerja dengan baik, hendaknya kamu mendengarkan suara konsumen. Ini akan membantumu buat mengerti apa yang mereka butuhkan. Selain itu, suara konsumen juga dapat membantumu buat menentukan spesifikasi produk dan strategi buat memasarkannya.
Dari segi produksi, cobalah buat melakukan daur ulang dari iterasi sebelumnya buat menghindari adanya kebutuhan produksi yang berulang. Jangan pernah berhenti buat terus mencari solusi yang optimal dalam mencari nilai tambah buat konsumen.
Prinsip Kedua: identifikasi alur nilai dan kurangi hal-hal yang tidak diperlukan
Cobalah buat mempersingkat proses pengembangan. Hilangkan birokrasi dan berbagai hal yang tidak diperlukan dalam pengembangan produk. Selain itu, kamu dapat mencoba buat menata tempat kerja dan data biar waktu yang dibutuhkan buat menemukan informasi menjadi lebih efisien.
Melakukan standardisasi pekerjaan dengan template serta checklist juga akan mempermudahmu buat melakukan pekerjaan. Peranan tool desain seperti CAD/CAE/CAM akan membantumu buat dapat bertukar data dengan mudah—yang secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas proses dan mempersingkat waktu siklus.
Prinsip Ketiga: buat langkah-langkah buat menciptakan nilai biar mengalir
Supaya upayamu dalam menciptakan sebuah nilai dapat mengalir, hal pertama yang dapat kamu lakukan ialah mengelola pipeline yang ada. Hindari terjadinya overload pada pipeline dengan mengontrol aliran kerja serta mencegah tumpukan proses pengembangan produk serta waktu antrenya.
Hindari terjadinya overload pada pipeline dengan mengontrol aliran kerja serta mencegah tumpukan proses.
Seandainya diperlukan, kamu dapat melakukan standardisasi dan pengembangan platform yang memungkin alur yang lebih mulus dengan cara mengurangi ukuran dari tiap batch yang ada. Terakhir, gunakan tool seperti design structure matrix buat dapat mengerti interaksi serta teknik manajemen visual dalam menentukan status dan masalah.
Prinsip Keempat: berdayakan tim yang ada
Memaksimalkan kerja dari anggota tim yang ada merupakan salah satu cara buat meningkatkan kualitas dari sebuah produk. Kamu dapat melakukannya dengan cara merintis tim yang bersifat lintas fungsional, artinya tim memiliki beberapa keahlian fungsional yang bekerja buat tujuan yang sama. Ragam keahlian yang dimiliki tim ini akan mempermudah proses pengembangan.
Selain itu, pemanfaatan sumber daya yang tepat juga dapat menjadi salah satu hal krusial demi keberhasilan sebuah pengembangan. Manfaatkan jumlah personil yang tepat, di waktu yang tepat, dengan kemampuan serta pengalaman yang tepat biar LPD dapat berjalan tanpa hambatan.
Prinsip Kelima: belajar dan berimprovisasi
Intinya, jangan pernah berhenti buat belajar, bahkan kala tim telah dirasa sungguh kompeten terhadap apa yang mereka lakukan. Tetap galakkan proses pembelajaran di dalam tim biar mereka dapat menangkap lebih banyak pengetahuan dan informasi.
Buat mendukung proses pembelajaran tersebut, kelola seluruh sumber pengetahuan dan informasi serta permudah akses buat semua yang hendak belajar. Ini dilakukan buat menghindari adanya pembelajaran ulang yang akan menghabiskan waktu dan biaya.
Seandainya dapat dilakukan dengan benar, implementasi dari Lean Product Development dapat meningkatkan tingkat inovasi pada perusahaan hingga berkali-kali lipat. LPD juga dapat membantu perusahaan buat memfasilitasi pengenalan produk baru.
Lean Product Development akan membantu pengguna buat dapat memaksimalkan nilai kepada konsumen atau klien, sambil meminimalkansumber daya yang nantinya akan terbuang. [tia/ap]